Jumat, 31 Oktober 2014

WAS #1

Entah semua berawal dari mana, pertemanan yang biasa saja lalu tiba-tiba berubah menjadi lebih dari teman. Yang aku ingat, ketika senja menemanimu mencurahkan segala rasa hatimu. Yang ternyata membuat kamu kalut hingga bulir bening meluncur dengan bebas dari mata kamu. Aku hanya melakukan apa yang aku lakukan ketika melihat seseorang menangis. Menenangkan.

Semuanya berjalan normal. Kuliah. Pulang. Kuliah. Pulang. Namun rasanya seperti ada yang lebih berbeda ketika dari kuliah lalu pulang. Aku merasa lebih dekat dengan kamu. Entah itu hanya perasaan saja atau memang benar. Kamu lebih sering menelpon aku ketika malam hari, hanya sekedar bercanda tanpa ada urusan penting. Intonasi ketika kamu berbicara padaku pun lebih berbeda. Perhatian yang berlebih. Aku memang merasakan itu semua. Tapi aku hanya menganggap semuanya biasa saja. Seakan tak ada yang berbeda.

Tiba-tiba saja aku teringat dengan lagu yang seakan mengartikan bahwa siapapun yang mendengarkan lagu itu sedang dilanda kasmaran. Semua playlist dihandphoneku mendadak seperti album yang memang bertemakan "jatuh cinta". Benarkah aku jatuh cinta? Lalu dimana hati ini telah berlabuh? Pertanyaan yang seketika datang dalam benak ini.

Status facebook, twitter dan private message di BBM aku pun mendadak penuh dengan kata kiasan. Layaknya anak sastra yang sedang berlatih menikah dan mengawinkan kata demi kata untuk menghasilkan anak kata yang indah. Kedilemaan maupun kasmaran. Aneh bukan jika semua itu tiba-tiba saja tanpa alasan sedikitpun?

"Lo pasti tau sebab dari semua ini" itu yang dikatakan teman curhatku. Lalu sampai kapan? Rasanya seperti terombang-ambing tanpa kepastian. Aku sempat berfikir apakah perubahan yang aku alami juga berhubungan dengan kamu? Tapi aku langsung saja menepis semua itu. Aku tidak mau membiarkan harapan semu yang aku buat sendiri membuatku kecewa.

Namun, ternyata waktulah yang menjawabnya. Permintaan izin darimu untuk menyayangi aku. Lalu aku bisa apa? Karena perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Akupun tidak bisa melarang jika memang kenyataannya seperti itu. Akan tetapi, masalah aku bisa membalas dan tidaknya akupun belum mengetahuinya. Disitulah aku mulai menyadari, perubahan dari playlistku, status media sosial, juga hati yang tiba-tiba berdebar jika ketemu kamu. Mungkin karena memang kedekatan kita slama ini. Dari perhatian, candaan juga saling mencurahkan segala rasa dan memberi saran atas apa yang harus dilakukan.

Hingga tiba saatnya, status teman tergantikan. Lebih spesial. Mungkin. Menurutku memang spesial. Hari demi hari kita lalui dengan normal seperti halnya orang lain menjalani hubungan spesial. Perhatian dan komunikasi serasa tidak sungkan lagi. Hari-hari terasa menyenangkan bagiku jika bersamamu. Kini senyuman selalu menghiasi hari-hariku. Ya, walaupun aku harus merasakan debaran jantung, lebih sering tersipu malu, juga seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dalam perut, itu semua terjadi ketika bertemu kamu. Berbeda dari biasanya. Mungkin itu salah satu "gejala" jatuh cinta. Benarkah ini yang dinamakan jatuh cinta? 

 Akan tetapi.......

Rabu, 02 April 2014

surat untuk mantan



Entah bagaimana mengawali perkataan yang aku tulis ini. Karena aku bukan seorang pujangga yang dapat merangkai kata-kata indah untukmu. Aku hanya ingin mengungkapkan rasa yang slama ini kupendam. Agar kamu tau, perasaan yang aku alami terhadapmu. Tetapi bukan maksud untuk mengingatkanmu pada masa lalu yang kini telah menjadi sejarah bagi kita. Semua ini aku tulis ketika KITA masih bersama namun tak pernah aku publikasikan.

Kamu. Kamu adalah seseorang yang dapat menghuni bagian hati kecilku sekarang, mudah-mudahan sampai nanti.

 “Semua yang kamu katakan membuatku berfikir dan bertanya pada hati”
Ketika semua candaanmu padaku sudah dibilang lebih dari kata “wajar”. Aku hanya bisa merenung dan bertanya pada hati apa ini suatu tanda bahwa kamu menyukaiku? tapi semua pikiran itu kutepis jauh-jauh karena aku takut tenggelam dalam sebuah harapan semu yang aku buat sendiri.

“Ketika hati dan otak tidak sepaham”
Tidak selalu hati dan otak mempunyai pilihan yang sama. Hati berkata “ini” dan otak menepis dengan berkata “itu”. Itulah yang aku rasakan ketika kenyamanan mulai tumbuh merasuk dihati saat dekat denganmu. Masuk begitu saja tanpa permisi.

“Hati resah tanpa alasan”
Entah mengapa semenjak kedekatan “kita” yang masih dalam status teman ini selalu membuatku resah. Entah resah apa yang aku rasakan. Karna ini resah tanpa alasan. Yang pasti semua keresahan ini jawabannya ada pada dirimu.

“Indahnya getaran hati karena cinta, mampu mengusik kupu-kupu dalam lambung”
Rasanya sungguh tak wajar jika dekat denganmu aku merasakan gelitikan kupu-kupu dalam perutku. Berulang kali aku merasakannya. Apakah ini yang namanya cinta? Entah ini apa artinya. Tetapi itu yang aku rasakan setiap bertemu denganmu. Memandangmu. Kurasakan gelitikan kupu-kupu dalam perut. Perasaan bahagia yg menyesakkan hati. Kurasa cinta.

“Sendiri dalam gelap yang diselimuti benteng kesunyian”
Sendiri. Mengartikan semua yang telah terjadi. Sunyi. Gelap. Itu yang kurasa. Ketika sapamu diujung telpon mulai berakhir.

“Ketika deburan galau dan ombak gelisah melanda hati, membuatku merana”
Rasa kalut. Dilema. Bimbang. Apakah kamu orang  yang tepat untuk kuijinkan menghuni bagian hati yang terasa hampa?

 “Cinta itu butuh waktu untuk dirasa”
Rasa tak bisa dipaksakan. Bahkan butuh waktu untuk merasakannya. Pembuktian tak semudah kamu ucapkan.  Tapi rasa ‘itu’ tiba-tiba saja menghuni bagian hati kecilku. Ketika kamu mengungkapkan isi hatimu terhadapku.

“Jeritan hati mampu mengoyak air mata yang telah lama tak terusik”
Kamu hebat yah. Udah bisa bikin aku nangis. Aku yang keras jadi melunak. Air matapun ikutan terjun juga loh. :')

Dulu kamu memang bukan pertama untukku, tapi kamulah satu-satunya. Tetapi semua tertepis begitu saja ketika sikap dan perilakumu berubah. Hingga aku lupa bagaimana rasanya dijadikan kesayangan dan dirindukan karena terlalu sering kamu abaikan. Sepuluh bulan yang terlewati begitu saja. Aku tidak pernah memaksamu untuk menghuni bagian ranting hatiku. Hingga aku berani melepaskanmu dan mempersilahkanmu untuk pergi mencari wanita yang rela berlelah untukmu tanpa banyak menuntut apapun. Terima kasih untuk semua rasa yang telah kamu berikan, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. 

*tulisan ini diikutsertakan untuk lomba #suratuntukruth novel bernard batubara* @gramedia


Jumat, 29 November 2013

Dua Puluh Sembilan



Masih berartikah dua puluh sembilan untukmu? Masih ingatkah kenangan manis yang kau buat membekas dalam pikiranku? Dua puluh sembilan dalam enam bulan yang lalu. Senyumku selalu mengembang jika mengingatnya. Konyol. Mengapa itu terjadi? Apakah tepat keputusan kita untuk merajut cerita dalam kasih? Hanya sang maha pencipta yang tau dan menjadi saksi di hari dua puluh sembilan itu. Tempat yang tak berkesan romantis. Tak ada kata-kata manis yang kau ucapkan saat itu.

“Rasa ini berBEDA jika berada didekatmu” kalimat pertama yang kau ucapkan saat itu.

“Aku gak mau kamu pergi kemana-mana” lanjutmu.

“Memangnya aku mau pergi kemana?” dengan bodohnya aku menanggapi keseriusanmu oleh kekonyolanku ini.

“Maksudku aku gak mau kamu pergi kehati pria lain, kamu mau gak jadi pacar aku?” ucapmu tanpa basa-basi kembali.

Kalimat yang mampu membuatku menahan nafas sejenak. Perkenalan yang kita lewati di kelas DESAIN GRAFIS ternyata menumbuhkan rasa yang berbeda. Rasa yang tak sewajarnya. Rasa ingin memiliki.

Pilihan terberat untukku. Aku tau hati itu bukan untuk dipilih. Dia akan tau dimana tempat untuk ia berlabuh. Tempat ia merasakan kenyamanan. Yang sudah aku rasakan ketika bersamamu.

Dua puluh sembilan dimana kita membuka lembaran baru untuk menorehkan semua cerita suka dan duka bersama. Merajut kasih dengan segala keterbatasan. Mengukir kata cinta tanpa kemesraan yang berlebihan. Perselisihan adalah bumbu dari cerita kasih kita.


Rabu, 20 November 2013

Dia dan Kekasihnya

Kuatkan mental. Kuatkan hati. Manusia memang seharusnya seperti itu kan? Menguatkan diri secara lahir maupun batin. Tapi berbeda dengan dia. Kehidupan yang mulai berubah. Ketika seseorang sudah menjadi penghuni bagian hatinya. Tanpa permisi datang begitu saja. Mengapa begitu berpengaruh? Mengapa begitu penting untuk menguatkan mental dan hati? Bukankah itu hal biasa jika hati sudah menemukan tempat dimana ia untuk berlabuh? Kehampaan yang slama ini terus menghiasi hati sirna begitu saja kan? Iya. Jawabannya pasti iya. Kehampaan hati sirna. Hati disesaki dengan rasa bahagia. Tapi dengan mempunyai kekasih yang tidak biasa. Kekasih yang dalam proses menjadi seorang superstar. Terus merangkak dalam meraih popularitas bukan hal yang mudah untuk dia. Pengorbanan yang amat sangat menantang. Lebih menantang dari mendaki gunung tertinggi dipulau jawa.


Waktu dan perhatian terbagi. Hal yang wajar jika dia terus dinomer sekiankan. Dia memang cukup tau diri untuk tidak selalu dinomer satukan, karena dia bukan Tuhan dari kekasihnya. Tidak mengatur apapun. Hanya berperilaku layaknya seperti air yang mengalir terkadang menjadi tetesan air. Dia mengikuti alur kekasihnya. Berusaha tersenyum dengan segala kesakitan hati yang dirasakannya. Tidak memperdulikan hatinya. Kebahagiaan kekasihnyalah yang terpenting. Apakah itu Pengorbanan dalam cinta? Benar cinta itu butuh pengorbanan? Walaupun terkadang cinta merubah ucapan manis menjadi tai anjing jika sudah merasakan sakit yang terlalu? Masih butuh pengorbanan? Ah tolol rasanya melakukan semua itu. Memang tolol. Tapi dalam hatinya kata nyaman dan sayang TERamat besar hingga menutupi kata cinta yang bisa membutakan semuanya.


Dia bukanlah orang yang sempurna. Tanpa keistimewaan apapun. Dia ikut berdiri bersama penonton lainnya dan kekasihnya berada diatas panggung menunjukkan aksi. Dia menatap takjub dengan semua kemampuan kekasihnya. Tapi apakah semua orang tau bahwa yang diatas panggung itu adalah kekasihnya? Kekasih yang selama ini dia elu-elukan didalam hatinya. Seseorang yang mampu membuat dia merasakan letusan kembang api dihatinya, serta kupu-kupu beterbangan didalam perutnya. Lantas jawabannya pasti tidak. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahuinya. Biarkanlah. Dia tau mungkin belum saatnya. Atau apakah kekasihnya kelewat malu untuk mengakui dia sebagai kekasihnya? Tidak mungkin. Dia percaya kekasihnya. Kekasihnya tidak seperti itu. Memang belum tepat waktunya. Itu yang selalu diucapkan dia dalam hati setiap keraguan terus berbisik merayu hatinya.


Semoga hatinya dapat terus bertahan dalam situasi terberat sekalipun. Kesabaran yang takan pernah berujung. Dan rasa sayangnya terus tumbuh tanpa terkikis tetesan kepedihan.

Sabtu, 16 November 2013

Hanya Wanita Cantik ~

Mungkin hanya wanita cantik yang diantarkan pulang olehnya 

Mungkin hanya wanita cantik yang pantas dipanggil sayang olehnya 

Mungkin hanya wanita cantik yang menjadi display picture diBBM, ava di Twitter, foto profil di Facebook atau sosial media lain yang dimilikinya 

Mungkin hanya wanita cantik yang memenuhi folder foto dilaptop dan handphonenya 

Mungkin hanya wanita cantik yang menjadi wallpaper laptop dan handphonenya 

Mungkin hanya wanita cantik yang pantas dipublikasikan sebagai kekasihnya 

Hanya wanita cantiklah yang ia inginkan slalu ada disampingnya

Bukan wanita biasa yang tidak mempunyai keistimewaan apapun.

Tak Lagi Sama~



"Cinta seorang pria itu seperti gunung, besar, namun rentan meletus dan memusnahkan yang ada disekitarnya, berbeda dengan cinta seorang wanita, hanya seperti kuku, kecil, walaupun terus dipotong akan tumbuh disetiap harinya"

Tak jarang aku slalu mengabaikan orang yang benar-benar tulus sayang padaku. Tak menyadari. Bahkan sering meninggalkan. PACAR. Hanya dengan status itu aku bebas mengabaikannya. Aku bebas meninggalkannya dan lebih mementingkan urusanku sendiri. Aku berfikir ia sudah menjadi milikku. Seberapa sering aku mengabaikan bahkan hingga meninggalkannya ia akan tetap menjadi milikku. Pemilik hati ini. Ia tak akan meninggalkanku. Namun itu semua hanya fikiranku saja. Kini semua hanya tinggal kenangan. Penyesalan. Ia pergi meninggalkanku. Ia lebih memilih seseorang yang slalu ada untuknya. Harusnya aku sadar. Aku peka. Aku tau ia juga membutuhkan aku. Ia juga mempunyai rasa lelah yang slalu menungguku ada untuknya. Menunggu kabar dariku. Selama ini aku tidak pernah memikirkan rasa lelah yang ia rasa. Bahkan dengan tololnya aku masih meragukan kesetiaannya yang rela berlelah untukku. Kini aku hanya bisa melihat ia tersenyum bahagia karena orang lain bukan aku. Kehilangan. Sungguh aku baru merasakan begitu teramat sunyi hidupku saat ini. Sepotong hatiku dibawa olehnya. Aku menyesal telah menyia-nyiakannya. Dulu, aku sering mengabaikan dan meninggalkannya dengan begitu mudah. Lalu? Sekarang ia sudah pergi aku bahkan menginginkan ia kembali. Kembali padaku. Aku memang bodoh. Aku memang egois. Aku inginkan ia selalu ada untukku tapi aku tak pernah slalu ada jika ia membutuhkan aku. Kejam. Jahat. Aku jahat. Aku kejam. Membiarkan ia berlelah untukku tapi aku tak mau berlelah untuknya. Rasanya aku ingin menjerit dan memohon agar ia mau kembali padaku. Tapi aku terlalu takut. Takut mengulangi kesalahanku yang slalu mengacuhkannya. Lantas seseorang seperti apa yang aku inginkan? Yang bisa menemani hidupku tanpa harus tersakiti dengan semua sikapku yang seperti ini. Entahlah, kini aku hanya bisa merenung atas semua kejadian yang tak kusangka ini. Tak lagi sama. Semua telah berbeda tanpanya. Tak ada ucapan selamat pagi lagi darinya walau tak pernah aku balas. Tak ada yang menghawatirkan aku lagi. Tak ada yang marah jika aku tak ada kabar. Semuanya memang begitu berbeda. Dulu aku tak menyangka akan sebegitu berbeda hidup tanpanya. Kurasakan ketika ia telah pergi. Bahkan takan bisa kembali.


“Tak akan pernah ada rasa kehilangan jika tak sempat memiliki. Semua terasa lebih berbeda ketika ia benar-benar telah pergi. Penyesalan memang slalu datang diakhir. ”

Kamis, 14 November 2013

Hujan :')

Hujan. Aku suka hujan. Air hujan itu turunnya rame-rame. Tapi kenapa membuat suasana menjadi sendu. Sepi. Sunyi. Ngajak air mata ikut turun juga. Banyak orang yang mencaci maki hujan. Akibat hujan mereka gak bisa pergi dengan bebas.





Berbeda dengan pelangi. Rupa-rupa warnanya namun tetap terlihat indah. Perbedaan yang membuat ia saling melengkapi. Banyak orang yang memujinya bahkan hingga mengabadikannya. Tanpa mereka sadari sebelum ada pelangi yang indah, hujanlah yang menjadi pengantar pelangi itu ada.