Jumat, 29 November 2013

Dua Puluh Sembilan



Masih berartikah dua puluh sembilan untukmu? Masih ingatkah kenangan manis yang kau buat membekas dalam pikiranku? Dua puluh sembilan dalam enam bulan yang lalu. Senyumku selalu mengembang jika mengingatnya. Konyol. Mengapa itu terjadi? Apakah tepat keputusan kita untuk merajut cerita dalam kasih? Hanya sang maha pencipta yang tau dan menjadi saksi di hari dua puluh sembilan itu. Tempat yang tak berkesan romantis. Tak ada kata-kata manis yang kau ucapkan saat itu.

“Rasa ini berBEDA jika berada didekatmu” kalimat pertama yang kau ucapkan saat itu.

“Aku gak mau kamu pergi kemana-mana” lanjutmu.

“Memangnya aku mau pergi kemana?” dengan bodohnya aku menanggapi keseriusanmu oleh kekonyolanku ini.

“Maksudku aku gak mau kamu pergi kehati pria lain, kamu mau gak jadi pacar aku?” ucapmu tanpa basa-basi kembali.

Kalimat yang mampu membuatku menahan nafas sejenak. Perkenalan yang kita lewati di kelas DESAIN GRAFIS ternyata menumbuhkan rasa yang berbeda. Rasa yang tak sewajarnya. Rasa ingin memiliki.

Pilihan terberat untukku. Aku tau hati itu bukan untuk dipilih. Dia akan tau dimana tempat untuk ia berlabuh. Tempat ia merasakan kenyamanan. Yang sudah aku rasakan ketika bersamamu.

Dua puluh sembilan dimana kita membuka lembaran baru untuk menorehkan semua cerita suka dan duka bersama. Merajut kasih dengan segala keterbatasan. Mengukir kata cinta tanpa kemesraan yang berlebihan. Perselisihan adalah bumbu dari cerita kasih kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar