Matahari sudah tenggelam. Senja
yang slalu ku banggakan keindahannya sudah tak nampak lagi. Rasa kantuk
tiba-tiba saja menyerangku. Mata mulai terpejam tapi ada satu suara yang
mengurungkan niatku untuk tertidur. Pesan singkat dari seseorang yang kutunggu-tunggu
sedari tadi. Kamu. Seseorang yang menghuni bagian hati kecilku. Hanya tersenyum
miris ketika kubaca pesan singkat itu. Kata-kata yang mampu menikam hati dengan
serangan yang tiba-tiba seperti ini. Hanya karena sikap kekanak-kanakanku yang
menurutku sepele tapi kamu mengartikan itu berlebihan. Yah, karena pendapat
setiap orang itu selalu berbeda. malam yang dihiasi dengan turunnya hujan
semakin lengkap menemaniku dalam kedilemaan. Air mata berlomba meminta untuk
dikeluarkan. Pipi sudah basah. Suhu tubuh yang tiba-tiba berubah tak karuan.
Mengetik pesan singkat dengan tangan gemetar diiringi air mata yang semakin
membanjiri pipi.
Sebegitu salahnya aku?
Sebegitu egoisnya aku?
Sebegitu kekanak-kanakannya aku?
Apa aku salah jika air mata ini
kuungkapkan lewat kalimat yang terpampang dijejaring sosial? Dengan menautkan
namamu dalam status itu? hingga kamu mampu melontarkan kata-kata yang menikam
hatiku dalam sekejap. Hingga kamu menjadi alasan mengapa air mata ini mengalir.
Awal november yang menyedihkan. Malam yang kelam. Mungkin ini ungkapan emosi
kamu terhadapku yang selama ini terpendam. Karena sikapku yang kekanak-kanakan.
Aku yang selalu marah padamu jika kamu tidak memberi kabar padaku. Aku yang
selalu marah jika kamu begadang dan lebih mementingkan urusan kamu sendiri. Aku
memang wanita bodoh, tolol, bego, idiot yang bisanya hanya marah-marah.
Sedangkan kamu? Semarah apapun aku terhadapmu, kamu tak pernah marah padaku.
“karena aku sayang padamu, aku tak mungkin marah sama orang yang aku sayang”
itu alasan kamu tak pernah marah padaku.
Tapi apa aku
salah jika khawatir padamu? Orang yang aku sayang! Aku hanya butuh kamu
sayang, bukan bermaksud untuk mengganggu harimu. Aku hanya jatuh cinta
padamu sayang, bukan bermaksud untuk memiliki kamu seutuhnya. Aku tak
akan sesayang ini sama kamu jika kamu tak pernah mengucapkan kata sayang padaku
waktu itu. Aku selalu bertanya apakah kamu benar-benar sayang padaku? Atau
hanya bualan belaka? Apakah sikapku yang seperti ini terlalu berlebihan? Apakah
aku memang sepantasnya seperti ini? Ahhhhh. Cinta. Membuat semuanya rumit.
Membuatku cengeng yang bisanya menangisi yang tak seharusnya kutangisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar